Karya: Bediar
Dua
orang pemuda tampan melewati koridor kelas menuju Music Center Sekolah Harapan Jaya, terdengar teriakan-teriakan
kecil disekitar mereka, sesekali ada yang memberikan bunga, cokelat dan
beberapa bingkisan.
“Cel,
bantuin gue dong!” teriak Glen menyikut lengan sahabat barunya.
“Syukurin
Loe, capek sendiri kan Loe! Cuekin aja makannya! Haha!” sahut Marcel berlari
meninggalkan Glen yang tengah sibuk membopong barang-barang. Beberapa siswi
ikut berlari dibelakang Marcel, biasanya mereka akan berhenti jika Marcel
menerima pemberian mereka.
Ditengah-tengah kesibukan Glen, handphonenya bergetar, ia
memiringkan tubuhnya untuk mengambil handphone disaku celana abunya sembari
menjaga barang-barangnya agar tidak berserakan.
//Glen, kamu capek ya? Tu keringatmu banyak,
pengen deh aku lap-in J By: Your secret admirer//
“Siapa si ni orang! Kurang kerjaan!” ucapnya lirih. Ia
tidak peduli dan segera memasukkan handphonenya ketempat semula.
***
Malam hari di sebuah kamar,
Seseorang
tersenyum simpul mengusap sebuah foto yang wajahnya tak begitu asing – wajah
Glen. Sesekali ia mencium lembut foto yang ada di tangannya itu. Diletakkannya
foto Glen lalu diambilnya foto-foto Glen yang lain. Mata indahnya kini
mengisyaratkan sebuah rasa yaitu cinta. Ia rebahkan tubuhnya dan membiarkan
foto-foto Glen tergeletak disisinya dengan sebuah foto yang masih didekapnya.
Diraihnya handphone yang tergeletak tak jauh darinya untuk kemudian jemarinya
sibuk mengetik sebuah pesan.
//Glen, tidur gih, jangan main laptop muluk,
jangan tidur malem-malem yah J by:your secret admirer// ia tersenyum untuk kemudian membenamkan wajahnya
dibantal pink kesayangannya.
***
Kamar Glen,
Glen
tercekat mendapat pesan dari secret admire nya, bagaimana dia tahu apa yang aku lakukan sekarang? ia menghentikan
aktivitasnya, ditinggalkannya laptop yang tengah memamerkan game angry bird di layarnya.
Tuuuuut! Tuuuuut! Tuuuut! Nomor yang anda
tuju sedang sibuk……….
Glen mencoba menghubungi nomor misterius itu berulang kali
namun sibuk.
Si pengirim pesan misterius yang satu ini cukup
membuatnya kesal, pasalnya sudah satu bulan ini ia belum mengetahui siapa si
pengirim pesan misterius itu. Yang membuat Glen semakin kesal sekaligus
penasaran adalah si pengirim pesan mengetahui detail aktivitasnya, mulai dari
jam berapa dia bangun, keluar rumah, bahkan sampai jam berapa dia tidurpun ia
tahu. Diraihnya barang-barang yang diberikan oleh fans-fans nya tadi untuk
menghilangkan kekesalannya. Dibukanya satu persatu.
“Wah, Chocolate Biscuits” ucap Glen girang
stelah membuka bungkusan berwarna pink
yang ternyata berisi makanan kesukaannya. Terselip sebuah kertas yang juga
berwarna pink di atas biskuitnya. Sementara
mulutnya sibuk dengan biscuit, tangannya meraih kertas pink yang terselip disana. Ia bangkit. Melangkah perlahan sembari
membaca kata demi kata dalam kertas itu.
Kamu mampu mengungkap rahasia yang selama
ini membebani hatiku. Disana, tumbuh cinta sejati yang baru aku sadari –
setelah bertemu denganmu. Aku berusaha menolak, tetapi hatiku begitu
menginginkannya. Hingga, aku hanya bisa menjadi secret admirer-mu tanpa berani
mengungkapkannya. Terimakasih atas cahayamu yang membawaku pada cinta yang
sesungguhnya – meski, kita ditakdirkan untuk berada di jalan yang berbeda. J By:
Your Secret Admirer
Glen tersendak, keningnya berkerut – seperti memikirkan
sesuatu, diraihnya handphone dan segera mnekan tombol yang ada di handphonenya.
“Thanks
ya buat biskuitnya, enak lho! Besok bawain lagi ya? J” ketik Glen sembari menyeringai – seperti ada yang ingin
ia rencanakan.
***
Toko kue
yang terletak tak jauh dari Sekolah Harapan Jaya tampak sepi, hanya terlihat
beberapa muda-mudi berseragam putih abu-abu berlalulalang didalamnya. Dari
kejauhan, tampak seseorang tengah sibuk mengamati gerak-gerik setiap orang
disana. Mata indahnya tak lepas dari sekitarnya, ia melangkah, menuju toko kue
yang tampak sepi itu. Sepuluh menit berselang, seseorang itu menuju kasir
dengan membawa chocolate biscuits. Ia
senyum-senyum kegirangan. Ia melangkah pergi menuju rumah mewah yang jaraknya
tidak begitu jauh dari sana. Rumah mewah itu berdampingan dengan rumah Glen.
Dia segera menuju kamar yang berhias foto-foto Glen. Ia yang memutuskan untuk
tinggal sendiri sejak kedua orang tuanya bercerai dua bulan lalu leluasa untuk
melakukan apa saja dengan rumahnya itu.
Seseorang itu berdiri di jendela kamarnya, mata indahnya
menatap tajam kearah jendela kamar Glen. Ia dengan leluasa dapat mengamati
segala aktivitas Glen dari sana.
Sementara itu, Glen yang sudah curiga dengan secret admirer nya mengikuti seseorang
itu sejak di toko kue tadi.
Benar dugaanku, ada yang tidak beres
denganmu! Dasar Penipu! ucap Glen dari sudut gerbang rumahnya dan menatap
tajam kearah jendela seseorang yang tengah berdiri mengamati kamarnya itu. Seseorang
yang menjadi sahabat barunya sebulan lalu – Marcel. Matanya memerah marah.
Rautnya begitu kesal. Diremasnya kaleng minuman isotonic yang sedari tadi menemaninya. Glen melangkah pergi.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar