Sabtu, 24 Maret 2012

Blue Prince


     Karya: Bediar

     “mau kemana loe zar?” tanya Rama menghampiriku.
     “mau ke studio lah, hari ini kan jadwal gue siaran” jawabku.
     “ini ada surat buat loe!” ucap Rama sembari menyodorkan sepucuk surat padaku.
     “dari siapa?” tanyaku.
     “mana gue tau, baca aja sendiri, ya udah, gue cabut dulu ya” jawabnya melancong pergi meninggalkanku.
     “thanks bro?” ucapku.
     “sip!” sahut Rama.
Langkah kaki yang semakin memburu memacu waktu, mengantarkanku ke sudut sekolah, ke studio radio sekolah kami. Segera kutanggalkan sepatu yang menghiasi kakiku.
     “buruan zar! lima menit lagi elo ON” ucapTrio, sahabatku, yang sekaligus divisi penyiar di radio kami.
     “yups, Vita udah di dalem?” tanyaku masih sibuk menanggalkan sepatuku.
     “udah, buruan!” jawab Trio.
Vita adalah adik kelasku yang juga partner siaranku, sudah satu tahun ini dia menjadi partnerku. Sejak dia duduk di kelas sepuluh. Kini dia duduk di kelas sebelas, dan aku kelas duabelas. Kami siaran setiap hari kamis, jam satu (setelah pulang sekolah) sampai jam tiga.
Sedikit tergesa-gesa, aku segera masuk ke studio, duduk di samping Vita yang sedari tadi menungguku. Kami berdua saling tatap, menandakan bahwa kami sama-sama siap untuk memulai siaran.

     “Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh, Annyeong Haseyo?” wah.wah.wah, nggak kerasa ya udah hari kamis aja, itu artinya bakalan dengerin cuap-cuap dari kami berdua, saya Ezar dan rekan saya Vita, yang pastinya bakalan nemenin kamu untuk dua jam kedepan, dan yang pastinya lagi neh, nggak bakalan bosen, karena apa Vit?”
     “Ya, karena kami berdua bakalan ngasih kamu-kamu semua, lagu-lagu, info-info, pokonya semua seputar korea. Yang mau request lagu-lagu korea? Boleh! Mauuuu..... ngasih info-info tentang korea? Boleh! Atau mau salam-salam juga boleh, pokoknya apa aja boleh deh, yang pasti harus seputar korea donk, bener nggak opha?”
     “bener banget tu Vit, pastinya nggak bakalan bikin kamu-kamu semua bosen, bete’, karena masih bersama kami di Radio Vaganza, Radio SMA Bukit Permai, seratus empat koma tujuh FM, di program V_K_POP, Vaganza Korean POP (bla.bla.bla)”

Tidak terasa dua jam berlalu, setelah kami mengakhiri siaran, aku segera bergegas menuju ruang sekretariat buku tahunan dan majalah sekolah, karena aku akan rapat bersama kru-kru buku tahunan dan majalah sekolah yang lainnya. Majalah sekolah dan majalah dinding dibedakan, aku bertugas mengurusi majalah sekolah dan buku tahunan, sedangkan majalah dinding diurusi oleh Trio dan kru-krunya.
     “udah dibaca?” tanya Rama. Yang juga kru buku tahunan dan majalah sekolah.
     “ups, suratnya ketinggalan di Studio, gue ambil dulu ya, gue pergi bentar, bentar aja” ucapku.
     “buruan! Lima menit!” sahut Luluk dengan tatapan tajam.
     “okee” sahutku
Kupercepat langkah kakiku, tak beraturan menapak setiap detail jalan di sekolahku.
     “jangan sampe’ ada yang baca! Kalau isinya macem-macem, bisa bahaya gue!” gumamku.
Aku segera menambah kecepatan kakiku, bergegas menuju studio dan segera mengambil surat yang tergeletak di depan komputer di studio itu.

Petang menyambut kepulanganku, kuparkirkan motor biru kesayanganku, segera ku bergegas menuju kamar mandi, untuk kemudian kubantingkan tubuhku ke kasur kesayanganku, kunikmati rasa lelahku yang perlahan enyah dari tubuhku.
Suasana biru kamarku, semakin mempercepat rasa lelah itu enyah dari tubuhku, kuambil handphoneku, kupasang headset, lalu kudengar lagu-lagu korea, lagu-lagu favoritku. Ketenangan dan kesejukan kini hinggap menggantikan rasa lelahku. Senyum merona tak mungkin aku cegah, yaah, saat-saat seperti itu pasti mengundang berjuta senyum dari bibirku.
Senyum yang mengantarkanku hingga ke alam bawah sadarku untuk kemudian tenggelam dalam mimpi-mimpiku.
Malam begitu cepat berlalu, pagi begitu cepat menyambut, aku begitu cepat merasakan mimpi-mimpi dalam tidurku.

Pagi yang sedikit mendung mendampingi kepergianku ke sekolah, masih dengan motor biru kesayanganku, aku melaju bak pembalap, memacu waktu yang sebentar lagi akan menjerumuskanku. Untung saja tidak, aku tepat waktu sampai di sekolah, pukul enam lebih dua puluh delapan menit, dua menit sebelum bel berbunyi, sebelum pak Jarwo, satpam tergalak sedunia, menutup rapat-rapat gerbang sekolahku.
Senyum ceria sahabat-sahabat kelas dua belas ips satu menyambut kedatanganku, menambah berjuta semangatku hari itu.
     “Blue Prince udah dateng tu?” cetus melda, teman sekelasku.
     “iya, Blue Prince, ce.ile, Blue Prince lho?” sahut may, yang juga teman sekelasku.
Jutaan tanda tanya membahana di langit-langit kelasku, aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, aku tidak mengerti apa maksudnya.
     “kenapa? Ada apa sih?” tanyaku pada Syam, teman sebangkuku.
     “haha,.. itu lho, liat dipapan tulis” jawab Syam sembari menunjuk ke papan tulis.
Aku terkejut ketika membaca tulisan di papan tulis itu.
     “Blue Princeku, kak Ezar, kakak tu pinter, baik, populer, ganteng lagi kayak orang korea”Aku memang pecinta biru, semua barang-barangku serba biru, mungkin karena hal itu, si penulis di papan tulis, menyebutku Blue Prince.
     “Huegh” seketika aku ingin muntah melihat tulisan yang begitu berlebihan, membuatku tersipu malu dihadapan teman-teman sekelasku. Tapi aku juga senang, sesaat aku seperti melayang-layang di langit-langit kelas. Aku tak penasaran dengan penulis itu, sifat cuekku saat itu sedang kambuh, jadi aku biarkan saja, tanpa mencari tahu siapa penulis itu. Semenjak kejadian itu, gelar blue prince melekat di diriku, teman-temanku lebih sering memanggilku
     “ezar BP (Blue Prince)”.
Jam istirahatpun tiba, rutinitasku yang menjadi kebiasaanku saat istirahat, yaitu mengunjungi majalah dinding yang menghiasi lorong disamping kelasku.

     “Kompetisi dance tingkat Jabodetabek, segera daftarkan diri anda, persyaratan: berpasangan (2 orang, boleh laki dengan laki, laki dengan perempuan, atau perempuan dengan perempuan), setiap sekolah hanya diperkenankan mengirimkan satu pasangan. Hadiah: uang tunai, thropy, piagam penghargaan dan paket wisata ke Korea Selatan, serta berkesempatan dinner bareng Super Junior, info lebih lanjut hubungi (bla.bla.bla)”

     “Waw, Amazing” teriakku.
Semangatku semakin berkobar jingga, itu hobiku, dance, terlebih korea, menambah semangatku. Kini, aku bertekat untuk memenangkan kompetisi itu. Segera aku mencatat nomor yang tercantum di pengumuman itu. Kulirik kertas yang tertempel dibawahnya.

     “bagi siswa-siswiSMA Bukit Permai yang ingin mengikuti seleksi untuk menentukan dua orang yang berhak mengikuti kompetisi dance se-jabodetabek, harap segera mendaftarkan diri anda ke sekretariatan majalah dinding, seleksi akan dilaksanakan pada hari senin, masih ada waktu dua hari untuk persiapan. Terima kasih”

     “Ha? Seleksi? Dua hari?” jeritku.
     “tapi tak apalah, semangaaat!” gumamku.
Aku segera berlari menuju sekretariatan majalah dinding untuk segera mendaftarakan diri.
     “Bruakkk” tabrakan tak terhindarkan.
     “ups, kacau, huft, maaf-maaf, gue nggak sengaja, beneran, gue nggak sengaja, maaf  ya? Maaf banget” ucapku pada seorang gadis dengan rambut panjang terikat rapi, dia adalah Flora, adik kelasku.
Wajah juteknya menatap tajam kearahku. Untuk kemudian menunduk sembari mengais buku-bukunya yang berserakan, tanpa mengucap sepatah katapun padaku.
Aku segera pergi menuju ruang sekretariat majalah dinding, membiarkannya bersama kejutekannya itu.

Sepulang sekolah, aku bergegas menuju kamar biru kesayanganku, aku obrak-abrik seisi kamar, mencari-cari inspirasi untuk gerakan danceku. Untung saja aku pecinta korea, hal itu yang mengantarkanku menjadi penyirar radio spesialis korea, terlebih aku sangat menyukai Super Junior, boy band korea dengan dance yang begitu menginspirasiku untuk mengikuti jejak mereka di dunia dance. Kutemukan beberapa keping DVD Super Junior, selain itu aku juga browsing, buka-buka majalah, cari-cari MP3 guna mengumpulkan sebanyak mungkin sumber untuk danceku.
Berlatih, berlatih dan berlatih, waktu dua hari sangat menguras tenagaku, tapi itu yang membuat semangatku berkobar semakin jingga, kuperhatikan dengan detail setiap gerakan yang di pertunjukkan Super Junior. Sedikit kutiru, dengan kutambah variasi gerakan daerah namun tetap modern. Dua hari itu sangat kumanfaatkan, tak akan kusia-siakan kesempatan emas ini. Kesempatan menuju negara impianku, Korea Selatan, bertemu dengan boy band inspirasiku, Super Junior. Rasa lelah menyambar seketika ragaku, menuntun diri ini untuk terduduk bersimbah peluh yang mengucur deras di ragaku.
     “huft, capek” gumamku sembari mengais gelas berisi air es yang terpampang dihadapanku.
Rasa lelah sudah “say good bye for me”. Segera kulanjutkan latihanku.

Senin pagi, sekolah begitu sibuk mempersiapkan seleksi dance, guru-guru dibantu pengurus OSIS begitu sibuk, wara-wiri kesana-kemari, pemandangan yang membuat jantungku berdegup kencang. Terlihat, Trio yang mempersiapkan tempat untuk menyiarkan kegiatan itu di radio. Jantungku semakin memburu melihat para pesaing yang sepertinya begitu siap dengan kostum-kostum mereka yang begitu keren.
Aku, dengan celana pensil putih, sepatu boot biru, kemeja biru tanpa lengan dengan sedikit sentuhan model korea, bergaya seperti boy band korea. Semua peserta mempertunjukkan kebolehannya masing-masing, kemudian dipilih dua orang untuk mengikuti pelatihan dan berlomba di tingkat jabodetabek.

     “Assalamu’alaikum, halo-halo-halo, para pendengar setia Radio Vaganza, seratus empat koma tujuh FM, Radio SMA Bukit permai. Dengerin cuap-cupa dari saya lagi neh, Vita. Sekarang ini di SMA Bukit Permai sedang diadakan seleksi dance, buat kamu-kamu semua yang pengen gabung, pengen liat gimana seruanya disini, langsung aja dateng ke SMA Bukit Permai, di jalan Jendral Sudirman Nomor sembilan dua, Jakarta Pusat, di tungguin pokoknya, ayo-ayo dateng kesini, liat gimana serunya seleksi dance kali ini (bla.bla.bla)”

Terdengar suara Vita, partner siaranku, dia memiliki banyak waktu untuk siaran karena dia masih kelas sebelas. Sedangkan penyiar kelas dua belas hanya di beri waktu satu kali dalam seminggu. Seperti aku.
Disekolahku yang mengikuti seleksi sebanyak lima puluh tiga siswa, dengan dua puluh laki-laki dan tiga puluh tiga perempuan. Aku mendapatkan  nomor urut lima puluh dua, hampir terakhir.
Waktu begitu cepat kurasakan, tak terasa kini giliranku untuk mempertunjukkan kebolehanku dalam dunia dance. Musik super junior, dengan lagu bonamana, sorry-sorry serta mr.simple, menjadi rangkaian musik yang akan mengiringiku dance. Perlahan tapi pasti, kemantapan-kemantapan dalam setiap gerakan serta senyum merona dari bibirku membuat siswi-siswi, terutama adik-adik kelasku berteriak histeris.
     “kak Ezaaar, kak Ezaar” sesekali terdengar “My Blue Prince” “Blue Prince” “Pengeran Biruuu” “Ezar BP” suara-suara yang membuat gerakanku semakin terlihat indah dan mantap.
Kini giliran peserta terakhir, peserta dengan nomor urut lima puluh tiga.
Kulihat gerakannya yang begitu indah, begitu pasti, begitu mantap, begitu membuatku terkagum-kagum, dengan kostum yang begitu anggun namun tak membuatnya kesulitan bergerak. Topeng berbulu yang ia kenakan semakin membuatnya terlihat mengagumkan. Namun sayang, langkahnya sedikit tak menentu sehingga membuatnya terjatuh. Namun entah kenapa, aku segera berlari untuk menahannya agar tidak terjatuh, seketika semua berteriak, ratusan pasang mata menatap tajam kearah kami, sorak-sorai siswa-siswi saat itu sedikit membuatku gugup. Dan entah kenapa lagi, aku menikmati musik saat itu, mungkin karena musik korea, aku sangat menikmatinya. Kutatap pasti wajah yang tertutup topeng itu, aku mengikuti setiap melodi dari musik itu, perlahan menggerakkan tubuhku bersama wanita itu, menari dengan konsep yang tak pernah kami buat, bahkan kami fikirkan. Aku merasakan gerakanku begitu menyatu dengan gerakannya. Kubuka topeng yang dikenakannya, perlahan kubuka. Kini, tinggallah wajah cantiknya menyambutku. Flora, wanita jutek yang kutabrak waktu itu. Mataku tak berkedip menatapnya, untuk kemudian melanjutkan gerakan kami yang semakin terlihat menyatu. Entah kenapa, hatiku benar-benar merasakan kenyamanan bersamanya, jantung ini berdegup dengan kencangnya.
Waktu berlalu, menghentikan kebersamaanku denganya, kini tibalah saat-saat pengumuman, sepertinya sudah bisa ditebak, siapa yang akan mewakili SMA Bukit Permai ke tingkat Jabodetabek. Benar, namaku disebut saat itu, aku berhasil mewakili SMA ku bersama dengan Flora, wanita jutek yang menari bersamaku tadi.
Rasa senang menari-nari dihatiku, bercampur dengan rasa haru yang menyelinap di sela-sela hatiku.

Sebulan menuju kompetisi dance se-jabodetabek, aku bersama Flora dilatih oleh guru dance di sekolah kami. Hari demi hari kami lewati bersama, latihan bersama, setiap pulang sekolah, menuju tempat yang sama, yaitu Aula sekolah. Namun, wajah jutek tak pernah enyah darinya. Bahkan semakin jutek denganku, sangat membuatku kesal. Lima hari pertama, lima hari kemudian, sampai lima hari sebelum kompetisi berlangsung dia masih jutek denganku.
Tak pernah tergores senyum sedikitpun untuk menyapa pandanganku. Tak pernah ada kata manis yang terucap untuk menyapa telingaku. Tak pernah ada kesudian untuk menyambut jabatan tanganku. Itulah dia, Flora.
     “Flo, elo kenapa sih?” tanyaku yang sudah tak tahan dan begitu penasaran dengan sikapnya itu. Namun, dia hanya melirik kearahku untuk kemudian dia duduk dan  memakai sepatunya.
     “Flo, jawab pertanyaan gue, elo kenapa? Kenapa elo jutek sama gue? Salah gue apa? Apa karena waktu itu gue nabrak elo? Gue kan udah minta maaf” ucapku dengan nada yang memburu. Namun, Flora tetap sibuk dengan sepatunya.
     “kak Ezar beneran pengen tau, kenapa aku jutek sama kakak?” tanya Flora tanpa menatapku, namun dengan tutur kata yang begitu halus.
     “I.YA” jawabku lantang.
Flora segera bangkit, berdiri dihadapanku seraya menatapku tajam.
     “kak Ezar, kenapa kakak nggak bales surat dariku? Aku suka sama kakak, aku suka kakak dari waktu MOS! Aku tahu kakak pecinta korea, aku juga! Aku tahu kakak suka dance, aku juga! Aku tahu kakak suka Super Junior, aku juga! Aku ngerasa kita banyak kesamaan, terlebih dalam urusan tentang korea, semua hal tentang korea, itu yang membuatku suka sama kakak! Kakak tahu? aku yang nulis dipapan tulis kelas kakak, aku nyebut kakak Blue Prince, karena aku tahu, kakak suka banget sama warna biru, dan aku juga suka. Kakak tahu? aku yang neriakin Blue Prince saat kakak performe waktu itu. Tapi kakak cuek dengan semua itu! Iyaaaa, aku tahu kakak orang yang sibuk, secara kakak ketua ekskul buku tahunan dan majalah sekolah, penyiar pula” gemuruh suara Flora menyapa telingaku, merasuk kedalam hatiku.
     “Suurat?” gumamku.
Tak kusangka, Flora akan berbicara begitu panjang dan penuh dengan luapan emosi dari hatinya. Benar-benar kebodohanku, aku lupa dengan surat itu, aku tak mempedulikan tulisan dipapan tulis itu, aku tak menggubris suara yang menyemangatiku.
     “Flo, maafin gue ya? Gue bener-bener nyesel, nyeseeeel banget, dan maaf juga, gue belum sempet baca surat dari elo, maafin gue ya? Elo mau kan maafin gue?” ucapku sembari memegang kedua pundak Flora.
     “huft” Flora menghela nafas.
     “gue bener-bener malu, seharusnya gue duluan yang bilang ke elo, kalau gue suka sama elo, jujur gue cinta sama elo, thanks udah ngasih julukan sama gue, julukan yang begitu bagus” ucapku sedikit gugup.
Senyum merona terpancar dari bibir Flora, baru itu aku melihatnya tersenyum, membuatnya semakin cantik. Kami berdua berpelukan, merasakan keindahan cinta yang tersebar dihamparan hati kami.
Hari-hariku setelah itu, begitu indah, lebih indah dari hari-hariku sebelumnya, kecintaan kami berdua pada korea, musik-musik korea, lagu-lagu korea, boy band korea, Super Junior, semua tentang korea, menambah kedekatan kami, membuat cinta ini semakin tumbuh subur dihamparan hati kami. Terlebih, kami berhasil meraih juara satu kompetisi dance se-jabodetabek, dan membawa kami terbang menuju Korea Selatan, tampat yang sangat kami damba-dambakan, bertemu dengan idola kami yang sangat kami impi-impikan, Super Junior.

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar