Karya: Bediar
“mau kemana loe zar?” tanya Rama menghampiriku.
“ini ada surat buat loe!” ucap Rama
sembari menyodorkan sepucuk surat padaku.
“dari siapa?” tanyaku.
“mana gue tau, baca aja sendiri, ya udah,
gue cabut dulu ya” jawabnya melancong pergi meninggalkanku.
“thanks
bro?” ucapku.
“sip!” sahut Rama.
Langkah kaki
yang semakin memburu memacu waktu, mengantarkanku ke sudut sekolah, ke studio
radio sekolah kami. Segera kutanggalkan sepatu yang menghiasi kakiku.
“buruan zar! lima menit lagi elo ON”
ucapTrio, sahabatku, yang sekaligus divisi penyiar di radio kami.
“yups, Vita udah di dalem?” tanyaku masih
sibuk menanggalkan sepatuku.
“udah, buruan!” jawab Trio.
Vita adalah adik
kelasku yang juga partner siaranku, sudah satu tahun ini dia menjadi partnerku.
Sejak dia duduk di kelas sepuluh. Kini dia duduk di kelas sebelas, dan aku
kelas duabelas. Kami siaran setiap hari kamis, jam satu (setelah pulang
sekolah) sampai jam tiga.
Sedikit
tergesa-gesa, aku segera masuk ke studio, duduk di samping Vita yang sedari
tadi menungguku. Kami berdua saling tatap, menandakan bahwa kami sama-sama siap
untuk memulai siaran.
“Assalamu’alaikum
Warohmatullahi Wabarokaatuh, Annyeong Haseyo?” wah.wah.wah, nggak kerasa ya
udah hari kamis aja, itu artinya bakalan dengerin cuap-cuap dari kami berdua,
saya Ezar dan rekan saya Vita, yang pastinya bakalan nemenin kamu untuk dua jam
kedepan, dan yang pastinya lagi neh, nggak bakalan bosen, karena apa Vit?”
“Ya, karena kami
berdua bakalan ngasih kamu-kamu semua, lagu-lagu, info-info, pokonya semua
seputar korea. Yang mau request lagu-lagu korea? Boleh! Mauuuu..... ngasih
info-info tentang korea? Boleh! Atau mau salam-salam juga boleh, pokoknya apa
aja boleh deh, yang pasti harus seputar korea donk, bener nggak opha?”
“bener banget tu
Vit, pastinya nggak bakalan bikin kamu-kamu semua bosen, bete’, karena masih
bersama kami di Radio Vaganza, Radio SMA Bukit Permai, seratus empat koma tujuh
FM, di program V_K_POP, Vaganza Korean POP (bla.bla.bla)”
Tidak
terasa dua jam berlalu, setelah kami mengakhiri siaran, aku segera bergegas
menuju ruang sekretariat buku tahunan dan majalah sekolah, karena aku akan
rapat bersama kru-kru buku tahunan dan majalah sekolah yang lainnya. Majalah
sekolah dan majalah dinding dibedakan, aku bertugas mengurusi majalah sekolah
dan buku tahunan, sedangkan majalah dinding diurusi oleh Trio dan kru-krunya.
“udah dibaca?” tanya Rama. Yang juga kru
buku tahunan dan majalah sekolah.
“ups, suratnya ketinggalan di Studio, gue
ambil dulu ya, gue pergi bentar, bentar aja” ucapku.
“buruan! Lima menit!” sahut Luluk dengan
tatapan tajam.
“okee” sahutku
Kupercepat
langkah kakiku, tak beraturan menapak setiap detail jalan di sekolahku.
“jangan sampe’ ada yang baca! Kalau isinya
macem-macem, bisa bahaya gue!” gumamku.
Aku segera
menambah kecepatan kakiku, bergegas menuju studio dan segera mengambil surat
yang tergeletak di depan komputer di studio itu.
Petang
menyambut kepulanganku, kuparkirkan motor biru kesayanganku, segera ku bergegas
menuju kamar mandi, untuk kemudian kubantingkan tubuhku ke kasur kesayanganku,
kunikmati rasa lelahku yang perlahan enyah dari tubuhku.
Suasana biru
kamarku, semakin mempercepat rasa lelah itu enyah dari tubuhku, kuambil handphoneku,
kupasang headset, lalu kudengar lagu-lagu korea, lagu-lagu favoritku.
Ketenangan dan kesejukan kini hinggap menggantikan rasa lelahku. Senyum merona
tak mungkin aku cegah, yaah, saat-saat seperti itu pasti mengundang berjuta
senyum dari bibirku.
Senyum yang
mengantarkanku hingga ke alam bawah sadarku untuk kemudian tenggelam dalam
mimpi-mimpiku.
Malam begitu
cepat berlalu, pagi begitu cepat menyambut, aku begitu cepat merasakan
mimpi-mimpi dalam tidurku.
Pagi
yang sedikit mendung mendampingi kepergianku ke sekolah, masih dengan motor biru
kesayanganku, aku melaju bak pembalap, memacu waktu yang sebentar lagi akan
menjerumuskanku. Untung saja tidak, aku tepat waktu sampai di sekolah, pukul
enam lebih dua puluh delapan menit, dua menit sebelum bel berbunyi, sebelum pak
Jarwo, satpam tergalak sedunia, menutup rapat-rapat gerbang sekolahku.
Senyum ceria
sahabat-sahabat kelas dua belas ips satu menyambut kedatanganku, menambah
berjuta semangatku hari itu.
“Blue
Prince udah dateng tu?” cetus melda, teman sekelasku.
“iya, Blue
Prince, ce.ile, Blue Prince lho?”
sahut may, yang juga teman sekelasku.
Jutaan tanda
tanya membahana di langit-langit kelasku, aku tidak mengerti apa yang mereka
bicarakan, aku tidak mengerti apa maksudnya.
“kenapa? Ada apa sih?” tanyaku pada Syam,
teman sebangkuku.
“haha,.. itu lho, liat dipapan tulis”
jawab Syam sembari menunjuk ke papan tulis.
Aku terkejut
ketika membaca tulisan di papan tulis itu.
“Blue Princeku,
kak Ezar, kakak tu pinter, baik, populer, ganteng lagi kayak orang korea”Aku
memang pecinta biru, semua barang-barangku serba biru, mungkin karena hal itu,
si penulis di papan tulis, menyebutku Blue
Prince.
“Huegh” seketika aku ingin muntah melihat
tulisan yang begitu berlebihan, membuatku tersipu malu dihadapan teman-teman
sekelasku. Tapi aku juga senang, sesaat aku seperti melayang-layang di
langit-langit kelas. Aku tak penasaran dengan penulis itu, sifat cuekku saat
itu sedang kambuh, jadi aku biarkan saja, tanpa mencari tahu siapa penulis itu.
Semenjak kejadian itu, gelar blue prince
melekat di diriku, teman-temanku lebih sering memanggilku
“ezar BP (Blue
Prince)”.
Jam
istirahatpun tiba, rutinitasku yang menjadi kebiasaanku saat istirahat, yaitu mengunjungi
majalah dinding yang menghiasi lorong disamping kelasku.
“Kompetisi dance
tingkat Jabodetabek, segera daftarkan diri anda, persyaratan: berpasangan (2
orang, boleh laki dengan laki, laki dengan perempuan, atau perempuan dengan
perempuan), setiap sekolah hanya diperkenankan mengirimkan satu pasangan.
Hadiah: uang tunai, thropy, piagam penghargaan dan paket wisata ke Korea
Selatan, serta berkesempatan dinner bareng Super Junior, info lebih lanjut
hubungi (bla.bla.bla)”
“Waw, Amazing”
teriakku.
Semangatku
semakin berkobar jingga, itu hobiku, dance, terlebih korea, menambah semangatku.
Kini, aku bertekat untuk memenangkan kompetisi itu. Segera aku mencatat nomor
yang tercantum di pengumuman itu. Kulirik kertas yang tertempel dibawahnya.
“bagi siswa-siswiSMA
Bukit Permai yang ingin mengikuti seleksi untuk menentukan dua orang yang berhak
mengikuti kompetisi dance se-jabodetabek, harap segera mendaftarkan diri anda
ke sekretariatan majalah dinding, seleksi akan dilaksanakan pada hari senin,
masih ada waktu dua hari untuk persiapan. Terima kasih”
“Ha? Seleksi? Dua hari?” jeritku.
“tapi tak apalah, semangaaat!” gumamku.
Aku segera
berlari menuju sekretariatan majalah dinding untuk segera mendaftarakan diri.
“Bruakkk” tabrakan tak terhindarkan.
“ups, kacau, huft, maaf-maaf, gue nggak
sengaja, beneran, gue nggak sengaja, maaf
ya? Maaf banget” ucapku pada seorang gadis dengan rambut panjang terikat
rapi, dia adalah Flora, adik kelasku.
Wajah juteknya
menatap tajam kearahku. Untuk kemudian menunduk sembari mengais buku-bukunya
yang berserakan, tanpa mengucap sepatah katapun padaku.
Aku segera
pergi menuju ruang sekretariat majalah dinding, membiarkannya bersama
kejutekannya itu.
Sepulang
sekolah, aku bergegas menuju kamar biru kesayanganku, aku obrak-abrik seisi
kamar, mencari-cari inspirasi untuk gerakan danceku. Untung saja aku pecinta
korea, hal itu yang mengantarkanku menjadi penyirar radio spesialis korea,
terlebih aku sangat menyukai Super Junior, boy band korea dengan dance yang
begitu menginspirasiku untuk mengikuti jejak mereka di dunia dance. Kutemukan beberapa
keping DVD Super Junior, selain itu aku juga browsing, buka-buka majalah,
cari-cari MP3 guna mengumpulkan sebanyak mungkin sumber untuk danceku.
Berlatih,
berlatih dan berlatih, waktu dua hari sangat menguras tenagaku, tapi itu yang
membuat semangatku berkobar semakin jingga, kuperhatikan dengan detail setiap
gerakan yang di pertunjukkan Super Junior. Sedikit kutiru, dengan kutambah
variasi gerakan daerah namun tetap modern. Dua hari itu sangat kumanfaatkan,
tak akan kusia-siakan kesempatan emas ini. Kesempatan menuju negara impianku,
Korea Selatan, bertemu dengan boy band inspirasiku, Super Junior. Rasa lelah
menyambar seketika ragaku, menuntun diri ini untuk terduduk bersimbah peluh
yang mengucur deras di ragaku.
“huft, capek” gumamku sembari mengais
gelas berisi air es yang terpampang dihadapanku.
Rasa lelah
sudah “say good bye for me”. Segera
kulanjutkan latihanku.
Senin
pagi, sekolah begitu sibuk mempersiapkan seleksi dance, guru-guru dibantu pengurus
OSIS begitu sibuk, wara-wiri kesana-kemari, pemandangan yang membuat jantungku
berdegup kencang. Terlihat, Trio yang mempersiapkan tempat untuk menyiarkan
kegiatan itu di radio. Jantungku semakin memburu melihat para pesaing yang
sepertinya begitu siap dengan kostum-kostum mereka yang begitu keren.
Aku, dengan
celana pensil putih, sepatu boot biru, kemeja biru tanpa lengan dengan sedikit
sentuhan model korea, bergaya seperti boy band korea. Semua peserta
mempertunjukkan kebolehannya masing-masing, kemudian dipilih dua orang untuk
mengikuti pelatihan dan berlomba di tingkat jabodetabek.
“Assalamu’alaikum,
halo-halo-halo, para pendengar setia Radio Vaganza, seratus empat koma tujuh
FM, Radio SMA Bukit permai. Dengerin cuap-cupa dari saya lagi neh, Vita. Sekarang
ini di SMA Bukit Permai sedang diadakan seleksi dance, buat kamu-kamu semua
yang pengen gabung, pengen liat gimana seruanya disini, langsung aja dateng ke
SMA Bukit Permai, di jalan Jendral Sudirman Nomor sembilan dua, Jakarta Pusat,
di tungguin pokoknya, ayo-ayo dateng kesini, liat gimana serunya seleksi dance
kali ini (bla.bla.bla)”
Terdengar suara
Vita, partner siaranku, dia memiliki banyak waktu untuk siaran karena dia masih
kelas sebelas. Sedangkan penyiar kelas dua belas hanya di beri waktu satu kali
dalam seminggu. Seperti aku.
Disekolahku
yang mengikuti seleksi sebanyak lima puluh tiga siswa, dengan dua puluh
laki-laki dan tiga puluh tiga perempuan. Aku mendapatkan nomor urut lima puluh dua, hampir terakhir.
Waktu begitu
cepat kurasakan, tak terasa kini giliranku untuk mempertunjukkan kebolehanku
dalam dunia dance. Musik super junior, dengan lagu bonamana, sorry-sorry serta
mr.simple, menjadi rangkaian musik yang akan mengiringiku dance. Perlahan tapi
pasti, kemantapan-kemantapan dalam setiap gerakan serta senyum merona dari
bibirku membuat siswi-siswi, terutama adik-adik kelasku berteriak histeris.
“kak Ezaaar, kak Ezaar” sesekali terdengar
“My Blue Prince” “Blue Prince” “Pengeran Biruuu” “Ezar BP”
suara-suara yang membuat gerakanku semakin terlihat indah dan mantap.
Kini giliran
peserta terakhir, peserta dengan nomor urut lima puluh tiga.
Kulihat
gerakannya yang begitu indah, begitu pasti, begitu mantap, begitu membuatku
terkagum-kagum, dengan kostum yang begitu anggun namun tak membuatnya kesulitan
bergerak. Topeng berbulu yang ia kenakan semakin membuatnya terlihat
mengagumkan. Namun sayang, langkahnya sedikit tak menentu sehingga membuatnya
terjatuh. Namun entah kenapa, aku segera berlari untuk menahannya agar tidak terjatuh,
seketika semua berteriak, ratusan pasang mata menatap tajam kearah kami,
sorak-sorai siswa-siswi saat itu sedikit membuatku gugup. Dan entah kenapa
lagi, aku menikmati musik saat itu, mungkin karena musik korea, aku sangat
menikmatinya. Kutatap pasti wajah yang tertutup topeng itu, aku mengikuti
setiap melodi dari musik itu, perlahan menggerakkan tubuhku bersama wanita itu,
menari dengan konsep yang tak pernah kami buat, bahkan kami fikirkan. Aku
merasakan gerakanku begitu menyatu dengan gerakannya. Kubuka topeng yang
dikenakannya, perlahan kubuka. Kini, tinggallah wajah cantiknya menyambutku.
Flora, wanita jutek yang kutabrak waktu itu. Mataku tak berkedip menatapnya,
untuk kemudian melanjutkan gerakan kami yang semakin terlihat menyatu. Entah
kenapa, hatiku benar-benar merasakan kenyamanan bersamanya, jantung ini
berdegup dengan kencangnya.
Waktu
berlalu, menghentikan kebersamaanku denganya, kini tibalah saat-saat
pengumuman, sepertinya sudah bisa ditebak, siapa yang akan mewakili SMA Bukit
Permai ke tingkat Jabodetabek. Benar, namaku disebut saat itu, aku berhasil
mewakili SMA ku bersama dengan Flora, wanita jutek yang menari bersamaku tadi.
Rasa senang
menari-nari dihatiku, bercampur dengan rasa haru yang menyelinap di sela-sela
hatiku.
Sebulan
menuju kompetisi dance se-jabodetabek, aku bersama Flora dilatih oleh guru
dance di sekolah kami. Hari demi hari kami lewati bersama, latihan bersama,
setiap pulang sekolah, menuju tempat yang sama, yaitu Aula sekolah. Namun,
wajah jutek tak pernah enyah darinya. Bahkan semakin jutek denganku, sangat
membuatku kesal. Lima hari pertama, lima hari kemudian, sampai lima hari
sebelum kompetisi berlangsung dia masih jutek denganku.
Tak pernah
tergores senyum sedikitpun untuk menyapa pandanganku. Tak pernah ada kata manis
yang terucap untuk menyapa telingaku. Tak pernah ada kesudian untuk menyambut
jabatan tanganku. Itulah dia, Flora.
“Flo, elo kenapa sih?” tanyaku yang sudah
tak tahan dan begitu penasaran dengan sikapnya itu. Namun, dia hanya melirik
kearahku untuk kemudian dia duduk dan memakai sepatunya.
“Flo, jawab pertanyaan gue, elo kenapa?
Kenapa elo jutek sama gue? Salah gue apa? Apa karena waktu itu gue nabrak elo?
Gue kan udah minta maaf” ucapku dengan nada yang memburu. Namun, Flora tetap sibuk
dengan sepatunya.
“kak Ezar beneran pengen tau, kenapa aku
jutek sama kakak?” tanya Flora tanpa menatapku, namun dengan tutur kata yang
begitu halus.
“I.YA” jawabku lantang.
Flora segera
bangkit, berdiri dihadapanku seraya menatapku tajam.
“kak Ezar, kenapa kakak nggak bales surat
dariku? Aku suka sama kakak, aku suka kakak dari waktu MOS! Aku tahu kakak
pecinta korea, aku juga! Aku tahu kakak suka dance, aku juga! Aku tahu kakak
suka Super Junior, aku juga! Aku ngerasa kita banyak kesamaan, terlebih dalam
urusan tentang korea, semua hal tentang korea, itu yang membuatku suka sama
kakak! Kakak tahu? aku yang nulis dipapan tulis kelas kakak, aku nyebut kakak Blue Prince, karena aku tahu, kakak suka
banget sama warna biru, dan aku juga suka. Kakak tahu? aku yang neriakin Blue
Prince saat kakak performe waktu itu. Tapi kakak cuek dengan semua itu! Iyaaaa,
aku tahu kakak orang yang sibuk, secara kakak ketua ekskul buku tahunan dan
majalah sekolah, penyiar pula” gemuruh suara Flora menyapa telingaku, merasuk
kedalam hatiku.
“Suurat?” gumamku.
Tak kusangka,
Flora akan berbicara begitu panjang dan penuh dengan luapan emosi dari hatinya.
Benar-benar kebodohanku, aku lupa dengan surat itu, aku tak mempedulikan
tulisan dipapan tulis itu, aku tak menggubris suara yang menyemangatiku.
“Flo, maafin gue ya? Gue bener-bener
nyesel, nyeseeeel banget, dan maaf juga, gue belum sempet baca surat dari elo,
maafin gue ya? Elo mau kan maafin gue?” ucapku sembari memegang kedua pundak
Flora.
“huft” Flora menghela nafas.
“gue bener-bener malu, seharusnya gue
duluan yang bilang ke elo, kalau gue suka sama elo, jujur gue cinta sama elo,
thanks udah ngasih julukan sama gue, julukan yang begitu bagus” ucapku sedikit
gugup.
Senyum merona
terpancar dari bibir Flora, baru itu aku melihatnya tersenyum, membuatnya
semakin cantik. Kami berdua berpelukan, merasakan keindahan cinta yang tersebar
dihamparan hati kami.
Hari-hariku
setelah itu, begitu indah, lebih indah dari hari-hariku sebelumnya, kecintaan
kami berdua pada korea, musik-musik korea, lagu-lagu korea, boy band korea,
Super Junior, semua tentang korea, menambah kedekatan kami, membuat cinta ini
semakin tumbuh subur dihamparan hati kami. Terlebih, kami berhasil meraih juara
satu kompetisi dance se-jabodetabek, dan membawa kami terbang menuju Korea
Selatan, tampat yang sangat kami damba-dambakan, bertemu dengan idola kami yang
sangat kami impi-impikan, Super Junior.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar